Mengintip Strategi XL Kembangkan IoT untuk Industri 4.0

JAKARTA (IndoTelko) – PT XL Axiata Tbk (XL) mengaku serius mengembangkan Internet of Things (IoT) untuk mendukung pelaku usaha di Indonesia menyambut era revolusi Industri 4.0

Chief Enterprise dan SME XL Axiata, Kirill Mankovski menjelaskan Anak usaha Axiata ini menawarkan solusi IoT yang lengkap, mulai dari IoT Platform sampai solusi siap pakai misalnya “Fleet Management Services”, “Hajj Tracker”, dan juga beberapa solusi untuk agrikultur, manajemen bangunan, dan sebagainya

“Kita mengembangkan IoT dengan konsep berkelanjutan. Kita dengar kebutuhan di masyarakat, kehidupan sehari-hari, kita coba perbaiki, meningkatkan produktifitas dan kita tuangkan itu ke dalam prototype,” ungkapnya kepada IndoTelko, belum lama ini.

Ditambahkannya, XL tak hanya berhenti di prototype, tetapi juga mencoba memasarkan inovasi dan use case berbasis IoT kepada konsumen terutama untuk sektor Agribusiness, logistik, dan Smart building.

Menurutnya, IoT menjadi satu di antara pilar penting bagi pelaku bisnis di Indonesia dalam menghadapi era industri 4.0. 

“Kita percaya bahwa IoT tidak bisa berdiri sendiri melainkan perlu dukungan ekosistem yang kuat. Dalam hal ini dukungan pemerintah juga harus kuat. Konsep IoT kita selain berkelanjutan, juga mengembangkan ekosistem  dalam hal perangkat, penyedia jasa, platform, serta komunitas, dan  konsumen,” ulasnya.

Diungkapkannya, saat ini XL sudah punya trial untuk IoT di Wonogiri sejak 2017,  Flex IoT (Platform) diluncurkan Agustus 2018, Fleetech (Fleet Management), dan Hajj Tracker.

Aplikasi Hajj Tracker dibidik untuk orang yang pergi haji atau umroh yang akan memudahkan mengetahui posisi jemaah dan juga untuk kebutuhan emergency. 

Selain itu berbagai industri juga sudah menggunakan layanan XL, terutama di sektor perbankan atau pembayaran untuk  connect M2M, EDC, dan lainnya.

Ditambahkannya, XL percaya dalam mengembangkan IoT tergantung dari dukungan komunitas. “Seperti bulan September lalu, kita punya hackathon, dimana semua menggunakan FLEX IOT, ada 18 tim dari seluruh Indonesia yang ikut.  Ajang ini dimanfaatkan XL Axiata untuk mendapatkan ide-ide dan inovasi baru yang diharapkan akan menjadi sebuah terobosan baru yang nantinya akan bisa bermanfaat. Kita mengajak para developer untuk berkembang bersama dalam sebuah ekosistem,” katanya.

Diprediksinya, IoT menjadi bisnis yang menjanjikan dimana pendapatannya akan tumbuh 18% sampai 2021.  Belum lagi, ada prediksi di seluruh dunia bahwa jumlah device IoT akan lebih dari 20 miliar perangkat dimana artinya akan ada 3 device per orang nantinya.(sg)

Source : https://www.indotelko.com/kanal?c=bid&it=mengintip-xl-iot-4-0

Bisnis penyewaan menara telko masih menjanjikan

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Prospek bisnis menara telekomunikasi masih menjanjikan. Maklum, operator telekomunikasi terus ekspansi dalam meningkatkan kualitas jaringan dan memperluas jangkauan mereka.

Peluang ini tidak disia-siakan begitu saja oleh perusahaan penyewa menara atau base transceiver stations (BTS). Mereka berlomba-lomba investasi dalam pembangunan BTS hingga ke pelosok negeri, untuk menjaring pelanggan yang lebih banyak.

Di bisnis tower, pemain utamanya adalah PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) dengan jumlah tower paling banyak. Menyusul PT Tower Bersama Infrastructure Tbk, PT Solusi Tunas Pratama (SUPR), Dayamitra Telkom (Mitratel), dan Bali Tower (lihat tabel).

Helmy Yusman Santoso, Direktur PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG), mengatakan, tahun ini bisnis menara masih akan mencatatkan kinerja positif. “Operator telekomunikasi masih berusaha meningkatkan kualitas jaringan dan coverge layanan mereka,” katanya kepada KONTAN, Jumat (19/1).

Sepanjang tahun 2018 ini, TBIG berencana membangun 1.000 tower baru dan 1.500 kolokasi untuk mendongkrak penambahan sebanyak 2.500 tenant. Terkait ekspansi ini, TBIG menggelontorkan anggaran Rp 2 triliun. Hingga September 2017 lalu, Tower Bersama sudah menggaet 2.700 tenant baru.

Helmy menjelaskan, di tahun 2018, perusahaan ini akan fokus mendirikan menara di beberapa daerah, seperti Sumatra, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Kini, TBIG sudah memiliki 13.000-an unit BTS. Selain membangun menara sendiri, TBIG juga mengincar akuisisi dari menara milik perusahan lain. “Pilihan mengakuisisi tetap akan menjadi pertimbangan, apabila valuasinya menarik,” imbuh Helmy.

Setali tiga uang dengan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) menyiapkan sejumlah agenda ekspansi untuk menambah jumlah menara tahun ini. lewat anak usahanya Protelindo. Protelindo berencana menambah jumlah tower lewat akuisisi.

Saat ini, TOWR memiliki sekitar 15.000 unit BTS. Kabar yang beredar, TOWR mendekati sejumlah pemilik menara seperti anak usaha PT Nusantara Infrastructure Tbk dan PT Solusi Tunas Pratama Tbk. Namun, Adam Gifari, Wakil Direktur Utama TOWR, tidak bersedia mengonfirmasi kabar itu. Ia hanya menyatakan, TOWR siap mengakuisisi jika ada tawaran menarik. “Jika ada peluang, kami siap mengakuisisi,” ujarnya.

Pun dengan PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk, lewat anak usaha PT Permata Karya Perdana optimistis bisa menguasai pangsa pasar di Indonesia untuk segmen menara mikro. “Belum banyak perusahaan sejenis yang menyasar segmen mikro,” ungkap Gilang Pramono Seto, Presiden Direktur PT Permata Karya Perdana kepada KONTAN, Sabtu (20/1).

Sampai saat ini, jumlah menara milik Permata Karya lebih dari 300 unit. Rencananya, perusahaan tersebut membangun 300 unit menara lagi hingga akhir tahun nanti.

Source : http://investasi.kontan.co.id/news/bisnis-penyewaan-menara-telko-masih-menjanjikan